Mengelola Sampah Nurul Haramain
Sampah merupakan masalah besar bagi masyarakat yang tidak bisa memanfaatkan sampah tersebut dengan baik. Salah satu pondok pesantren di daerah Lombok Barat yang bernama Nurul Haramain. Pondok pesantren ini sudah menemukan cara untuk mengelola sampah. Hal ini ada di dalam film dokumenter yang berdurasi 17 menit dengan judul "Sampah Tuan Guru", film ini di sutradarai oleh Dandhy Laksono dan Ucok Suparta dan kameramennya mereka juga. Santri dan Santriwati yang diwawancarai adalah Beny Putra, Johanes P, Resta Triana, dan Andita Mustaphari. Narasumber utamanya langsung dari pimpinan pondok pesantren Nurul Haramain yang bernama Hasnain Juaini.
Film ini diawali dengan acara pemilihan organisasi santri, yang sambutannya langsung dari pimpinan pondok. Di area santriwati, sebagian mereka mengumpulkan sampah-sampah ke dalam mobil pick up dan dibawa ke area santri putra untuk dikelola. Setelah sampai, pengurus organisasi santri bagian kebersihan langsung menjalankan amanahnya untuk memasukkan sampah ke dalam tungku pembakaran yang memiliki kapasitas sebesar 1 ton/hari. Setelah seluruh sampah terkumpul, maka sampah dibakar dengan suhu 200-300 derajat. Hasil pembakarannya dijadikan pupuk tanaman dan pohon, tetapi tidak untuk tanaman yang bisa dimakan, karena sampah yang dibakar kebanyakan dari bahan-bahan kimia. Pondok pesantren Nurul Haramain juga memiliki cita-cita membuat sandal yang sama bentuknya baik yang kanan atau kiri, seperti di Jepang.
Mestinya pengelolaan sampah seperti di pondok pesantren Nurul Haramain ini dijadikan contoh oleh pondok pesantren lainnya, supaya tidak membuang sampah jauh-jauh ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) yang memakan biaya ratusan ribu rupiah per tonnya. Pengolahan sampah PP Nurul Haramain bisa lebih ditingkatkan agar dapat mengurangi polusi udara dan tanah serta bisa menjadi contoh bagi pondok pesantren diseluruh Indonesia.
Di pondok pesantren Hidayatullah Gunung Tembak, Balikpapan. Kepekaan terhadap sampah sudah masuk kedalam kategori standar, tetapi belum memiliki tempat pengolahan sampah sendiri. Masih menggunakan jasa DKPP kemudian dibuang ke TPA dengan biaya ratusan ribu rupiah. Sepertinya sampah merupakan masalah yang sulit bagi setiap individu, tetapi masalah ini sudah dipecahkan oleh pondok pesantren Nurul Haramain
Komentar
Posting Komentar